Ada apa dengan angka “25”?? Umur yang sudah
mencapai seperempat abad, bagi sebagian wanita merupakan angka yang dianggap
pas dan ideal untuk menikah. Disini gw coba bahas dari sudat pandang seorang
wanita, kalau pria gw sama sekali gak tau yaa.
Umur 25 direpresentasikan sebagai sebuah ukuran
kematangan mental atau emosional untuk memasuki kehidupan baru. Yap,, kehidupan
berumah tangga bersama pasangan yang dicintai. Kalau dilihat-lihat memang bagus
juga angkanya, jadi perkiraan memiliki anak juga bisa atur sedemikian rupa.
Target 25 tahun ketika menikah merupakan
dambaan sebagian besar wanita yang pernah gw tanya langsung dan baca dari
beberapa sumber. Namun tak menutup kemungkinan juga jika ada sebagian dari mereka
yang memilih menikah before or after 25. Pada saat umur seorang wanita mencapai
25 tahun, menurut beberapa pandangan adalah mereka sudah memiliki “kemapanan”. Kemapanan
dalam hal edukasi maupun finansial.
Source : papasemar.com
Setidaknya di umur 25 tahun, seorang wanita
yang menuntut pendidikan sudah tentu telah mendapatkan kesarjanaannya dan
kemungkinan sudah bekerja pula. Selain itu juga, umur 25 tahun dimungkinkan juga bagi seorang wanita yang melanjutkan lagi pendidikannya sudah bisa meraih gelar pascasarjananya. Jadi umur 25 merupakan
representasi yang bagus bagi seorang wanita untuk menikah.
Kebanyakan berasumsi jika menikah umur 25
dan syukur-syukur mereka langsung punya anak pertama. Jadi bisa memberi jarak
untuk anak kedua mereka dengan jarak 5 tahun. Sehingga di umur 30 tahun sudah
punya anak kedua. Yaah,, begitulah manusia yang bisa merencanakan segala
sesuatu seindah-indahnya. Tapi tetaplah Tuhan yang menentukan bagaimana
akhirnya.
Menulis artikel singkat ini berawal dari
kegelisahan gw sendiri. Kenapa??
Ya karena tahun depan gw sudah hidup
seperempat abad :D :D
Gak pengen nikah?? Ya sudah jelas
jawabannya pasti mau lah.. haha
Namun jujur saja sepertinya langkah menuju
ke jenjang tersebut masih berat. Sebagai seorang wanita gw merasa belum siap
mental sepenuhnya. Mungkin memang sebenarnya gw lebih kepada takut untuk
memulai. Salah gak sih kalau punya pemikiran seperti itu??
Sebagian besar teman-teman dekat gw pada
mengaku galau di umur tersebut belum menikah. Kebanyakan status di media sosial
pada galau, belum lagi mereka tidak punya pasangan dan sebagainya. Saking hopeless-nya
sampai pada minta dicarikan teman yang bisa dijodohkan. Memang sih jodoh bisa
datang darimana saja, jalan dan waktunya Tuhan yang sudah tentukan. Sebagai manusia
hanya bisa berusaha semaksimal mungkin bagaimanapun tidak boleh menyerah hingga
tiba waktunya. Haha..
Di sebagian kisah yang lain juga ada yang
sudah pacaran bertahun-tahun sampai udah ngalahin episodenya tukang bubur, tapi
mereka gak berujung ke pernikahan. Namun di lain pihak adapula yang hanya baru
kenal beberapa bulan, tetapi sudah yakin untuk meresmikan hubungan mereka ke
jenjang pernikahan. Semuanya balik lagi pada ketetapan Tuhan bisa jadi sesuai
rencana ataupun tidak.
Pernikahan itu adalah perjalanan hidup yang
diharapkan setiap orang adalah tidak singkat. Inginnya pernikahan itu
berlangsung panjang hingga maut memisahkan. Namun apa jadinya jika dipaksakan
seseorang itu harus benar-benar menikah di umur 25 atau umur berapapun itu. Segala
sesuatu yang dipaksakan pastilah tidak akan baik hasilnya. Mungkin saja di
tengah pernikahan akan sering terjadi ketidakcocokan atau ketidaksiapan dari
salah satu pihak. Jika hanya satu dua kali ya pastilah wajar, namun jika
terjadi berlarut-larut akan seperti apa jadinya??
Jadi untuk apa mengikuti apa yang menjadi kebanyakan
“standar” seseorang terhadap usia pernikahan. Kita lah yang tahu tentang diri
kita sendiri, dan kita yang akan menjalani dikemudian hari. Keyakinan didalam
diri pribadi adalah faktor penting dalam mengambil suatu keputusan apapun didalam
hidup.
Kesimpulannya, sepertinya lebih baik untuk
menjalani saja hidup ini dengan penuh rasa optimis dan berpikiran positif atas
segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup. Opini dan masukan dari orang ambil
baiknya saja untuk menambah motivasi hidup. Omongan yang jelek-jeleknya dari
orang ya anggap angin lalu saja. Toh yang menjalani hidup ini kan kita sendiri,
kita yang tau bagaimana rasanya, jadi kenapa harus perduli dengan apa maunya
mereka.
Keep spirit menyongsong hari esok yang
lebih baik lagi fellas..



- Follow Us on Twitter!
- "Join Us on Facebook!
- RSS
Contact